Buntal durian, Buntal Landak atau porcupinefish adalah spesies ikan buntal yang paling dikenal. Tubuh berukuran sedang dengan panjang dapat mencapai 91 cm. Namun, rata-rata berukuran sekitar 40 cm. Kepala dan matanya besar. Mulut dilengkapi dua pelat gigi yang kuat dan tajam. Masing-masing terletak di gusi atas dan bawah. Sirip dada besar, tetapi sirip belakang (pelvic fins) telah menghilang. Kulit ikan berbintik-bintik. Pada bagian punggung dan perut, sisik berkembang menjadi duri-duri yang panjang.
Gambar 1. Buntal Durian Bintik Diodon hystrix. Sumber: dokumentasi pribadi.
Penulis secara tidak sengaja pernah bertemu dengan buntal durian ini. Di suatu pagi yang sedikit mendung, penulis menelusuri tepian pantai Pulau Ambo, Sulawesi Barat, untuk mengamati jenis-jenis burung air. Kondisi pantai terlihat teduh dengan ombak yang sangat tenang. Tiba-tiba di kejauhan, terlihat riak-riak air bergerak di permukaan.
Saat didekati, tampak seekor ikan sedang asyik mematuki permukaan pasir di tempat yang sangat dangkal. Kedalaman air mungkin kurang dari sejengkal. Matanya bergerak ke kiri dan kanan seolah-olah sedang mencari sesuatu.
Begitu asyiknya mematuki pasir, hingga tak terasa sepertiga bagian tubuhnya muncul di permukaan air. Penulis pun segera mengabadikan momen yang istimewa ini. Setelah 2-3 menit mematuki pasir, ikan ini pun berlalu dengan perlahan menuju ke kedalaman.
Perlu waktu yang cukup lama bagi penulis untuk memastikan jenis ikan ini. Dari penelusuran pustaka, diketahui bahwa ikan ini termasuk jenis Buntal durian berbintik Diodon hystrix. Dalam bahasa Inggris disebut spot-fin porcupinefish, spotted porcupinefish atau black-spotted porcupinefish. Ikan ini termasuk dalam suku Diodontidae, karena memiliki dua pelat gigi yang besar.
Gambar 2. Buntal Durian Bintik Diodon hystrix ini termasuk jenis ikan yang jinak dan mudah didekati. Foto ini diambil di pantai Pulau Ambo, Kepulauan Balabalakang, Sulawesi Barat. Sumber: dokumentasi pribadi.
Buntal durian umumnya berenang lambat di perairan. Sering mengunjungi padang lamun untuk mencari makan. Makanannya terdiri dari bulu babi, keong, kerang, sponges, dan udang-udangan. Ikan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan suka menyendiri (soliter). Ikan ini mudah ditemui saat fajar dan petang. Saat siang hari, ikan ini akan bersembunyi di dalam celah-celah karang, ceruk atau gua yang ada di tebing terumbu karang.
Sebagaimana jenis buntal lainnya, buntal durian juga memiliki mekanisme pertahanan diri yang unik. Saat merasa terganggu, ikan ini akan menelan air sebanyak-banyaknya untuk menggelembungkan tubuhnya.
Tujuannya adalah agar tubuh ikan terlihat lebih besar dan duri-duri di permukaan kulitnya dapat berdiri tegak. Jika dibawa ke darat, ikan ini akan menggembungkan tubuhnya dengan cara mengisap udara sebanyak-banyaknya ke dalam perut dalam waktu singkat.
Duri merupakan modifikasi dari sisik. Pangkal duri bercabang dua. Masing-masing duri dihubungkan dengan otot sehingga dapat bergerak sendiri-sendiri. Berenang dan mengendalikan koordinasi tubuh dalam keadaan menggelembung bukanlah perkara mudah, namun ikan buntal mampu melakukannya.
Gambar 3. Buntal Durian Bintik menggelembungkan perutnya (kiri atas dan kanan bawah), profil gigi (kanan atas) dan profil duri (kiri bawah). Sumber:arkive.org.
Buntal durian juga dilengkapi dengan racun yang terkonsentrasi di hati, kulit, ovarium dan saluran pencernaan. Menurut Wikipedia, racun ini tergolong racun syaraf (neurotoxin) yang sangat kuat dengan efek 1200 kali lebih mematikan dari Sianida, senyawa pil bunuh diri paling favorit pada era perang dunia ke II. Racun ini dihasilkan oleh bakteri yang hidup di saluran pencernaan. Bakteri masuk bersama mangsa yang dimakan oleh ikan buntal.
Begitu beracunnya organ dalam ikan ini, sehingga hanya ikan Hiu dan Paus Pembunuh saja yang berani memangsa buntal durian dewasa. Ikan Tuna dan Lumba-Lumba hanya berani memangsa buntal durian yang masih kecil. Konsentrasi racun pada Buntal Durian berbeda-beda bergantung pada jenisnya.
Buntal Durian tersebar di seluruh perairan tropis dan sub-tropis di dunia. Hingga saat ini dikenal 5 jenis Buntal Durian, yaitu:
- Diodon eydouxii (Pelagic porcupinefish)
- Diodon holocanthus (Long-spined porcupinefish)
- Diodon hystrix (Spot-fin porcupinefish)
- Diodon liturosus (Black-blotched porcupinefish)
- Diodon nicthemerus (Slender-spined porcupinefish)
Gambar 4. Buntal Durian Belang Diodon liturosus di padang lamun Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan. Sumber: Nurdin/Cakrawala.
Salah satu jenis Buntal Durian yang cukup umum ditemukan di Indonesia adalah Buntal durian belang Diodon liturosus. Buntal ini berhasil didokumentasikan oleh rekan penulis, Nurdin di padang lamun Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan.
Seluruh jenis buntal tersebut masih ditemukan dalam jumlah yang melimpah sehingga tidak dilindungi Undang-Undang.
Gambar 5. Buntal Durian Belang Diodon liturosus di padang lamun Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan.